Sejak Masa Volksraad, Anggota Parlemen Perjuangkan Kemerdekaan Indonesia

31-10-2018 / SEKRETARIAT JENDERAL

 

Din Wahid, Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedubes RI Belanda menerima tim penyusun buku ‘Seratus Tahun Indonesia Berparlemen’./Foto:zl/

 

Perjalanan sejarah DPR RI tidak bisa dilepaskan dari perjalanan panjang perjuangan kemerdekaan ketika Indonesia masih dalam penjajahan dengan dibentuknya Volksraad oleh Belanda dan digunakan untuk menyuarakan perjuangan kemerdekaan Indonesia.

 

Demikian dikatakan Prof. Dr. Susanto Zuhdi, Guru Besar Sejarah pada Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, ketika berdiskusi dengan Ourina Ritonga, Minister Consellor bidang Politik dan Din Wahid, Atase Pendidikan dan Kebudayaan di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Den Haag, Belanda, Rabu (24/10/2018) lalu.

 

Dikemukakannya, Volksraad dibentuk pada tanggal 16 Desember 1916 oleh pemerintah Hindia Belanda yang diprakarsai oleh Gubernur-Jendral J.P. van Limburg Stirum. Pada awal berdirinya, Volksraad ini memiliki 38 anggota, 15 di antaranya adalah orang pribumi. Anggota lainnya adalah orang Belanda dan orang timur asing terdiri Tionghoa, Arab dan India.

 

“Dalam sidang-sidang Volksraad itulah anggota Volksraad perwakilan pribumi diantaranya Mohammad Hoesni Thamrin menyuarakan aspirasi perjuangan kemerdekaan Indonesia,” lanjut Sutanto yang juga tim penyusun buku ‘Seratus Tahun Indonesia Berparlemen’ yang terdiri dari para sejarawan Universitas Indonesia dan para Peneliti dari Badan Keahlian DPR RI.

 

Tim juga  secara maraton selama lima hari   menelusuri, mengklasifikasi dan mengoleksi data sejarah parlemen Indonesia di Perpustakaan Universitas  Leiden dan Arsip Nasional Belanda yang menjadi sumber data primer sejarah pada masa Volkraad tahun 1918 sampai dengan tahun 1949.

 

“Perpustakaan ini memiliki 7 juta koleksi dalam bentuk cetakan, audio dan video serta dua juta koleksinya sudah terdigitalilasasi. Sebagian koleksi adalah hibah dari Kloninklijk Instituut Voor Taal-, Land- en Volkenkunde (KITLV) Leiden,” jelas Marije Plom, Pustakawan Universitas  Leiden ketika menerima tim penyusun buku “Seratus Tahun Indonesia Berparlemen” di Leiden Belanda, Kamis (25/10/2018).

 

Perpustakaan Universitas Leiden Belanda  menjadi salah satu tempat pengumpulan data dalam menyusun buku “Seratus Tahun Indonesia Berparlemen” karena lebih dari 20.000 koleksi tentang Indonesia tersedia perpustakaan Universitas  Leiden yang berdiri tahun 1575.

 

"Seluruh data digital dapat diakses langsung  online, meskipun ada yang sebagian baru secara intranet" lanjut Marije ketika mempresentasikan koleksinya dengan Bahasa Indonesia yang cukup lancar.

 

Sutanto berharap dengan tersusunnya buku “Seratus Tahun Indonesia Berparlemen” yang menyajikan data dan fakta-fakta baru  yang selama ini belum banyak  digunakan akan jadi pengetahuan bagaimana perjalanan sejarah perkembangan DPR. Selain itu akan jadi pembelajaran kewarganegaraan bagi perkembangan kehidupan berdemokrasi di Indonesia. (dz/mp)

BERITA TERKAIT
Pesan Sekjen di Upacara HUT ke-80 RI: ASN Parlemen Harus Gotong-Royong, Hapus Mentalitas Silo Antar-unit
17-08-2025 / SEKRETARIAT JENDERAL
PARLEMENTARIA, Jakarta – Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPR RI Indra Iskandar menegaskan, peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan (HUT) ke-80 Republik Indonesia...
Suprihartini: Media Sosial, Kanal Utama Bangun Persepsi Publik Jaga Citra DPR
13-08-2025 / SEKRETARIAT JENDERAL
PARLEMENTARIA, Jakarta – Dalam mendukung dan mewujudkannya komunikasi terintegrasi dengan satu narasi Sekretariat Jenderal DPR RI , Biro Pemberitaan Parlemen...
CPNS Setjen DPR RI Harus Jadi Agitator Informasi Publik Kinerja Dewan
13-08-2025 / SEKRETARIAT JENDERAL
PARLEMENTARIA, Jakarta –Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPR RI Indra Iskandar menilai peningkatan keterampilan digital para pegawai, khususnya CPNS, menjadi penting, sehingga...
“Satu Narasi, Multi-Kanal” Platform Komunikasi Politik DPR Sampaikan Kinerja ke Publik
13-08-2025 / SEKRETARIAT JENDERAL
PARLEMENTARIA, Jakarta - Sekretaris Jendral DPR RI, Indra Iskandar, mendorong pentingnya penerapan strategi “Satu Narasi, Multi Kanal” dalam komunikasi politik...